Saat itu, sekitar tahun 1970-an, Iran di bawah komando Ayatullah Khomaeni sedang berjuang menggulirkan Revolusi Islam. Murtadha Muthahhari menjadi ulama-intelek paling berpihak dan dipercaya Khomaeni. Ia menjadi “tangan” Khomaini di Iran ketika ia masih diasingkan di Prancis saat itu. Di sisi lain, Marxisme dianggap sebagai ancaman atau setidaknya ideologi seberang bagi (ideologi) Islam. Namun, saat itu Muthahhari justru meminta Marxisme diajarkan di kampus-kampus Islam dan pesantren-pesantren, khususnya di Iran. Tujuannya, agar ia bisa dipahami secara benar dan utuh oleh sarjana-sarjana Muslim dan santri-santrinya, untuk kemudian dikritik dan dihancurkan bangunan paradigmatiknya yang dianggap bertentangan dengan Islam dan mengancam dunia Islam. Toh, bukankah dengan begitu iman dan Islam kita semakin mantap?!
Baca Selanjutnya