DARI sekian banyak peristiwa yang mewarnai gelombang anti-Trump, ada satu fenomena menarik. Yaitu
kembalinya novel George Orwell, 1984, ke jajaran buku terlaris, setidaknya di Amerika Serikat. Mulai dari
New York Times,
Telegraph,
Guardian, dan bahkan sampai
Detik di tanah air memberitakannya. Ia dipantik oleh petugas pers Gedung Putih yang menyatakan bahwa pelantikan Trump kemarin dihadiri oleh penonton terbanyak sepanjang sejarah. Dan, seperti nasib seluruh klaim ambisius, klaim ini pun tidak luput dari serbuan protes kontra-faktual yang berduyun-duyun membantahnya. Tidak berhenti di sini, penasihat Trump, Kellyanne Conway di kesempatan lain membela pesuruhnya itu dengan mengatakan bahwa yang disampaikan sang petugas pers sebenarnya adalah ‘fakta alternatif’. ‘Fakta alternatif’ inilah yang menjadi pemantik memori orang yang bacaan sastra wajibnya di sekolah adalah buku
1984 karya George Orwell.
Baca Selanjutnya