Pemahaman soal fungsi kepartaian sebagai sekadar wahana untuk suksesi kepemimpinan ini jelas-jelas mereduksi fungsi partai politik keseluruhan. Sebagai misal, posisi ini mengabaikan fungsi partai sebagai agregator kepentingan yang ada dalam masyarakat. Melalui fungsi ini, partai menjadi saluran dari kepentingan buruh, petani, kelas menengah, serta kepentingan berlandaskan identitas, dsb. Fungsi ini jelas tidak dimiliki oleh ormas atau LSM atau organisasi profesi yang hanya mewakili aspirasi sempit para anggotanya. Serikat buruh jelas hanya mewakili dan memperjuangkan kepentingan anggotanya, demikian juga serikat petani, asosiasi pengacara, dokter, bidan, dan wartawan. LSM lebih terbatas lagi, karena hanya memperjuangkan isu-isu tertentu tanpa harus memiliki keanggotaan tertentu.
Baca Selanjutnya