Salah satu ciri cendekiawan, kata sosiolog Selo Soemardjan, adalah cinta akan keindahan. Orang bisa menemukan keindahan tak hanya di alam, tapi juga ketika membaca puisi atau novel. Namun, bagi Rendra, puisi punya manfaat melebihi keindahan kata-kata. “Inilah sajakku. Pamplet masa darurat. Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan.” Itulah petikan “Sajak Sebatang Lisong”, satu dari puluhan puisi protes Rendra yang mengkritik arah pembangunan Orde Baru. Sajak itu pertama kali dibacakan di kampus Institut Teknologi Bandung pada 1977, di tengah kecamuk demonstrasi mahasiswa menentang rezim Soeharto.
Lihat Selengkapnya