Bung Karno, Bapak Proklamator kita, pada 1963 memerintahkan agar perayaan Maulid dilangsungkan di Istana Negara. Dan sebagai kepala negara, Bung Karno juga dikenal sebagai pemimpin nasional yang tak sungkan mendukung perayaan Natal dan menyampaikan selamat Natal kepada umat Kristen. (Jangan lupa: Bung Karno pulalah yang memilih Friedrich Silaban, seorang Kristen dan anak seorang pendeta, sebagai arsitek perancang Masjid Istiqlal yang kita banggakan itu). Lewat mimbar Maulid dan Natal, kita diingatkan (kembali) akan ajaran dan teladan Muhammad dan Yesus khususnya tentang cinta dan perdamaian, yang memiliki banyak kesamaan. Dengan begitu, rasa nasionalisme kita—yang Bung Karno artikan sebagai “terjalinnya rasa ingin bersatu”—makin tumbuh
justru lewat perayaan hari-hari lahir para nabi kita.
Baca Selanjutnya