Dua puluh tahun lalu, para sarjana Yogyakarta masih dianggap "berbeda" dan "alternatif", dalam pengertiannya yang positif, dari para sarjana ibukota. Ada harapan yang kuat bahwa mereka bisa membuat perubahan yang berarti atas wajah monoton dan penuh coreng dari dua puluh lima tahun perjalanan Orde Baru. Harapan dan apresiasi itu, misalnya, sangat kental mewarnai laporan jurnalistik berikut ini. Kini, dua puluh tahun kemudian, sesudah "Rezim Yogya" benar-benar berkuasa, kita menyaksikan harapan itu begitu mudahnya tergelincir dan lalu pupus. Jika demikian, masihkah Yogya "berbeda"?
Lihat Selengkapnya