Dalam sebuah tulisan di
Media Indonesia Minggu beberapa waktu yang lalu yang, konon, dimaksudkannya sebagai “tanggapan” atas esei saya tentang relasi antara karya sastra dan politik ekstra-literer sastra, seorang Hudan Hidayat membuat sebuah klaim bahwa sebenarnya tidak ada hubungan pengaruh-mempengaruhi antara “keberhasilan” sebuah karya sastra dengan faktor-faktor ekstra-literer di luar teks karya dimaksud. Bagi Hudan, hanya ada satu hal saja yang menentukan baik-tidaknya, berhasil-tidaknya, sebuah karya sastra, yaitu apa yang dinamakannya sebagai “substansi” sastra karya itu sendiri. Ironisnya, Hudan sendiri kayaknya tidak menganggap “substansi” sastra yang dijagokannya itu cukup penting nilainya ternyata sehingga dia lupa untuk menjelaskan apa sebenarnya yang dimaksudkannya dengan istilah tersebut kepada pembaca tulisannya itu. Atau apa dia mungkin memang tidak mengerti apa yang sedang dibicarakannya makanya tak mampu untuk menjelaskannya?
Lihat Selengkapnya