INTELEKTUAL-cum-aktivis, George Junus Aditjondro (GJA), wafat 10 Desember 2016 di kota Palu. Pengritik paling utama korupsi kepresidenan Orde Baru dan paska Orde Baru ini meninggal dalam usia 70 tahun. Jenazah figur, yang oleh majalah
Time menyebutnya “the world’s leading authority on Suharto family wealth” dimakamkan 12 Desember 2016 di Pekuburan Kristen Talise, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu. Catatan ini tentang
kerja-kerja GJA sebagai intelektual publik di Sulawesi Tengah, sebuah provinsi pinggiran dalam peta ekonomi dan politik nasional. Minatnya paling utama di daerah ini adalah tentang kepentingan bisnis dan sengketa berbasis sumber daya alam, kekerasan bersenjata, dan hubungan antara keduanya. Dia menulis dengan sangat tajam soal kepentingan bisnis Siti Hartati Murdaya di Buol, Arifin Panigoro di Tiaka Morowali Utara dan keluarga Jusuf Kalla di Poso. Saya membatasi catatan tentang GJA di Sulawesi Tengah dalam dua kasus/tempat, yakni, tentang Lore Lindu, daerah yang sudah menarik perhatiannya sejak akhir dekade 1970-an dan tentang kekerasan Poso, salah satu episentrum kekerasan regional di nusantara hampir 20 tahun terakhir.
Baca Selanjutnya