Di puncak Gunung Semeru, dikepung dingin dan kabut yang magis, tubuhnya tergeletak. Tak bernyawa. Soe Hok Gie tewas menghirup gas beracun di ketinggian sunyi atap Pulau Jawa itu, 45 tahun lalu. Saya membayangkan dia tersenyum dalam kematiannya. “Bahagialah mereka yang mati muda,” tulis Gie, hanya beberapa bulan sebelum dia meninggal pada usia 26 tahun. Nama Gie teringat kembali ketika pekan lalu saya mendaki puncak Gunung Prau, Dataran Tinggi Dieng. Sambil menyaksikan semburat merah matahari terbit di atas awan, saya mengingat catatan-catatan Gie tentang kemanusiaan, cinta, hidup, dan kematian. Gie bukan seorang fatalis. Dalam hidupnya yang ringkas, dia dikenal sebagai penulis produktif, pengamat sosial tajam, dan aktivis mahasiswa idealis.
Lihat Selengkapnya